Kamis, 21 Maret 2019

GENERASI IDAMAN DATOK (by : Remaja Loloan)

GENERASI IDAMAN DATOK (by : Remaja Loloan)
Kutipan H. Baginda Ali.
Catatan dari pelaksanaan Festival Budaya Loloan ( FBL ).
Hal yang dirasa berat saat ini pada Entitas Kampung Islam Loloan Jembrana Bali adalah upaya mempertahankan dan melestarikan warisan budaya dan tradisi Nenek Moyang mereka apa lagi komunitas ini telah eksis dan berlangsung dengan rentang sejarah kurang lebih berkisar 350 tahun lalu. Suatu bentangan waktu yang tidak pendek dalam mempertahankan tradisi di suatu komunitas yang dinamis dan di tengah gelombang arus budaya asing dan era komunikasi digital yang semakin menggila. Lagi pula komunitas yang tergolong minoritas ini justeru berada di tengah-tengah kaum mayoritas di Bali. Meskipun saat ini masih ada yang tersisah dengan pasti yaitu berupa beberapa relik reliknya yang bersifat statis yang masih bisa disaksikan berupa barang-barang antik produk budaya Bugis-Makassar di abad ke XVII sedang catatan sejarahnya hanya sedikit yang terukir di atas kertas.
Catatan kuno dan kini yang ada tentang Loloan ini antara lain Manuskrip milik Datuk Haji Siraj yang ditulis dengan huruf Arab pegon tahun 1935 M, diktat yang ditulis oleh I Wayan Reken tahun 1979 M, diktat yang ditulis oleh Ust. Husin Abdul Djabbar 2010 M, adalah merupakan sumber lokal tentang komunitas yang unik di Bali ini. Adapun sumber Asing hanya ada dua antara lain buku yang ditulis oleh C. Lekkerkerker, ( Belanda ) yang berjudul Bali En Lombok, Overzicht Der Literatuur Omtrent Deze Eilanden Tot Einde, tahun 1919 M. dan buku yang ditulis oleh Williard A. Hanna ( Amerika ) yang berjudul Bali Chronicles tahun 1935.
Dalam merekontruksi bangunan sejarah komunitas Kampung Loloan yang berawal dari abad ke XVII sampai ke sini tentu lebih banyak berbasis Oral Story ( cerita dari mulut ke mulut di setiap generasi ) dari pada Wraiting Story karena sedikitnya sumber tertulis baik lokal maupun asing. Hal ini yang menjadi kemudian subyektifitasnya tidak bisa dihindarkan karena bisa jadi kontroversi keterangan satu sumber dari sumber lainya. Demikian juga para Datok moyangnya sebagai bagian dari imforman pelaku sejarah sudah banyak yang telah tiada.
Langkah lain yang harus dilakukan oleh komunitas ini adalah upaya memperkenalkan produk-produk budaya leluhurnya agar tidak menjadi generasi yang missinglink terhadap leluhurnya yang telah membentuk inclave di pulau Bali ini . Untuk itu tentu kita sangat mengapresiasi prakarsa dari Generasi Muda Loloan Jembrana ini dalam upaya melestarikan warisan Budaya dan Tradisi Pendahulunya sejak abad ke XVII dengan melaksanakan agenda tahunan Fastival Budaya Loloan yang bertema “Pentas Loloan Tempoe Doeloe”. minimal dari acara ini sebagai ajang untuk dapat memperkenalkan produk Budaya nenek moyangnya baik berupa Benda (Tangabel) maupun Non Benda ( Non Tangabel ) kepada generasi sekarang agar menjadi inpirasi dan motivasi bagi mereka dalam membangun kampung ini di masa yang akan datang agar menjadi “Generasi Idaman dan Harapan Datok”.
Pesta yang bergelap-gelapan ini benar-benar menggambarkan nuansa di masa 3,5 abad silam di mana waktu itu Kampung Loloan Jembrana dan umumnya pulau Bali masih berupa hutan belantara akses antara satu daerah dengan daerah lainnya hanya ditempuh lewat jalur laut dan perkampungan pun masih jarang untuk daerah Jembrana yang ramai hanya di seputaran kampung Loloan ini saja oleh karena di situ ada Dermaga / Pelabuhan utama Jembrana dan Pasar umum dan dikunjungi pendatang dari luar daerah sedang di tempat lainnya hamper tidak ada keramaian.
Di sisi lain bahwa Pesta Rakyat ini adalah sebagai salah satu agenda wisata budaya yang sangat mungkin untuk dikembangkan di masa mendatang. Oleh karena acara ini banyak menyimpan hal-hal unik yang bisa dikemas menjadi obyek Human Interest di Pulau Bali.
Sebagimana halnya Produk Budaya Suku Bugis-Makassar di daerah lain telah berhasil menjadikannya sebagai event pariwisata provinsi misalnya produk budaya “Mappanre tasi” ( pasta laut ) warisan budaya suku Bugis Wajo di Pagatan Tanah Bumbu Kalimantan Selatan yang awalnya hanya pesta rakyat lokal lalu dikemas sedemikian rupa yang akhirnya menjadi agenda wisata Kalimantan Selatan setelah Budaya Pasar terapung Banjarmasin.
Demikian pula Bahasa Melayu Loloan ( Base Loloan ) yang sudah menjadi salah satu Bahasa Daerah Nusantara tersendiri dalam rumpun Bahasa Melayu hal yang wajib hukumnya untuk dilestarikan penggunannya. Menurut Dr. Sumarsono dalam disertasinya yang telah diujikan di Universitas Indonesia 1993 yang mengangkat tema tentang “Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan” bahwa bahasa ini sangat unik keberadaannya dan yang paling utama keunikannya adalah bahwa bahasa ini bisa bertahan berabad-abad lamanya justeru di tengah pengguna bahasa Mayoritas yaitu bahasa Bali pada hal masyarakat Loloan sendiri adalah pengguna bahasa Dwilingual yang menyebabkan bahasa ini dengan penuturnya terjadi interaksi Extralingual.
Tentu juga kita perlu mengapresiasi atas prakarsa Bapak Eka Sabara yang telah bekerja sama dengan Bapak MR. Fauzi untuk menyusun Kamus BAHASA MELAYU LOLOAN – INDONESIA yang saat ini masih dalam tahap penyempurnaan. Kalau tidak ada upaya ini tentu Bahasa Melayu Loloan sedikit-demi sedikit akan tergerus yang akhirnya bisa menghilang tanpa bekas seperti nasibnya bahasa Melayu Ampenan Lombok yang sudah hampir punah saat ini pada hal mungkin saja komunitas mereka telah ada sebelum bahasa Melayu Loloan digunakan.

Di lanjutkan dengan diskusi.

Eka Sabara Salut ulasan yg singkat padat dan sistematik...Wakhaji  

Baginda Ali bravo setelah sy coba telusuri ternyata dimasa Arung Matoa Wajo ke 23 (1658-1670) yang bergelar La Tenri Lai To Senggeng periode Daeng Nachoda 1669 jadi latar belakang karena musnahnya Tosara ibu kota Wajo akibat serangan Spelman dan La Tenri Tatta Arung Palaka, wakhaji 

Rukidi Ganteng ini baru ustadz hebat lahir d Madura buat crite sejarah di kampoeng loeloean yang artinye muare makasih ustadz mudahan yg mude tergugah untuk membuat memories tentang kampoeng loeloean.syukron ustadz. 

Baginda Ali Belum ditemukan benang merahnya jika tahun 1653 sebagai awal masuknya armada bugis di Air Kuning catatan Datuk Haji Siraj tidak valid dari aspek analisa sejarah karena tahun 1650an Belanda belum hadir di Sulawesi. Padahal Daeng Nakhoda telah membawa peralatan perang modern hasil rampasan dari kapal Asing yg kemudian Alutista andalan kerajaan Jembrana. Ada kemungkinan Daeng Nakhoda adalah anak buah dari La Maddukkelleng yg eksodus dari Wajo ke Kalimantan abad ke XVIII. yang kemudian terdampar di Bali. 
Eka Sabara 1667 sejak kejatuhan benteng somba opu ke tangan Spelman kemungkinan ade yg gaan eksodus krn daeng nachoda bersembunyi di teluk pangpang blambangan jatim

Rukidi Ganteng coba ustadz haji Damanhuri ditanya sapa tau masih simpen memories storiesnya 
Baginda Ali KH. Ahmad Damanhuri, Husin Jabbar tetap mengikuti catatan Datuk Haji Siraj. Hampir seluruh perkampungan Bugis di Pesisir Nusantara yg resmi tercatat adalah abad ke XVIII 
Eka Sabara Ade rujukan kuno sejarah Arya Pancoran, Jembrana hal 8 milik Gusti Ngurah Purwayadi di Negara tulisan th 1972 dan juga Babad Basang Tamiang Brangbang bahasa Bali Kuno milik Ida Bagus Gde Griya Den Kayu Mengwi dalem bentuk Lontar wakhaji 
Baginda Ali Itu sebabnya patokan Suku Bugis Masuk di Jembrana kurang valid jika terjadi tahun 1653 minimal tahun 1660 an ke atas setelah perjanjian Bongaya 1667 jika ada yg masuk Bali di bawah tahun itu maka kemungkinan kapal dagang bukan Daeng Nahkoda. 
Eka Sabara Dalem catetan I Wayan Reken 1972 tertulis Daeng Nachoda masuk pada tahun 1669 wakhaji sebelumnye ade yang masuk di tahun 1653 adalah Daeng Marewa singgah sebelum menuju ke Bima 
Baginda Ali Apa isi tulisan G. N. Puryawadi ttg suku Bugis ? dan IBG Griya? 
Rukidi Ganteng ustadz bisa cari uli berita dari bli Eka S sapa tau punya literatur lengkap 
Eka Sabara Tahun yg tepat masuknye Daeng Marewa yaitu 1667 karena Daeng Marewa termasuk 4 panglima perang Keraeng Galesong IV putra Sultan Hasanuddin dari istri keempatnya. Dinyateken dalam tulisan Suryadin Laodang dalam buku Diaspora Bugis Makassar di Pulau Jawa bagian 1 dari 7 bagian 
Baginda Ali Saya hubungkan dengan sejarah wajo nama Daeng Nakhoda tidak ditemukan . 
Eka Sabara Baginda Ali memang disinilah misterinya karna Arya Pancoran hanya mengenal nama Nachoda kapal tsb sedangkan nama makassar atau wajo aslinya sampai saat ini belum sy dapatkan wakhaji 
Eka Sabara Tentang 3 orang pembantu utama kerajaan Pancoran sewaktu raja I Gusti Arya Pancoran IV (I Gusti Ngurah Cengkrong Bang) yg 3 disebutkan Kepala Pasukan Meriam Bugis seorang Illanun ( Daeng Nachoda ) 
Palox Scatzhi Garis Merahkan 3 Tahapan yg menerangkan Sejarah Masukkan Muslim di Jembrana.. 
Terima Kasih Pak Haji Baginda Ali atas Tulisannya.. Keren..
Ngopi + megesah sejarah enak ni Bang Eka Sabara R M Fauzi.. Hehehe
 
Baginda Ali Jika Daeng Marewa adalah anak buah ekspedisi Karaeng Galesong ( putra sulung Sultah Hasanuddin ) masuk Bali tahun 1653 juga tidak valid karena Karaeng Galesong ekpedisi ke jawa dimulai tahun 1671 mendarat di Banten 800 laskar dg persenjataan lengkap membatu Sultan Ageng Tirtayasa menghalau armada Belanda dan berhasil tapi itu dari Gowa bukan Wajo. Sejarah Buleleng juga mengakui bahwa yg terdampar pertama di Buleleng adalah anak buah Karaeng Galesong Gowa itu Makassar bukan Bugis. 
Palox Scatzhi Ada 3 Tahap sebelum datangnya Datok Syarif Tua Ke Loloan..
Menurut catatan datuk haji Mohammad Sirad bin Kalibin kampung baru (sekarang lingkungan kerobokan loloan barat) menyebutkan : bahwa perahu perahu Bugis / Makasar tipe Lambo Vinisi berdatangan di air kuning cara bertahap atau bergelombang dalam tahun yang berbeda beda. Tahun tahun kedatangannya itu sebagai berikut : pertama dalam tahun 1.1653 1655m.
2. 1660 1661m.
3 1667 1669m.

Dan ini sangat bertepatan dg bbrp kejadian di Sulawesi
1.1652 : pimpinan maluku majira dtng ke Gowa menghadap sultan M. Said
2. 1653 : Gowa bersama 5000 pasukan menuju kerajaan Buton agar bersatu
3. 1653 : Sultan Moh. Said Wafat di Ganti Hasanuddin yg waktu itu berusia 22 th..

Dalam masa singkat terjadilah ketegangan ketegangan hebat antara pihak Gowa dengan belanda VOC itu. Dan terjadilah duel meriam diperairan Sulawesi selatan ditahun itu.
Akibat pertempuran laut yang hebat dengan duel meriam terus menerus itu, maka banyak perahu diantara armada Gowa itu diuber uber kapal belanda hingga mendarat dinusa tenggara timur dan barat termasuk juga dibali, khususnya didaerah jembrana.
 
Eka Sabara Dalam tulisan oleh Abdul Rajak Daeng Patunru tahun 1964 berjudul Sejarah Wajo terbitan Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan juga dalam buku Sejarah Goa, Makassar terbitan sama berbeda tahun 1967 disana ada disebutkan Daeng Nachoda yg dikejar Spellman hingga bersembunyi di teluk pangpang Banyuwangi 
Andi Agus Susanto Lanjutken  
Baginda Ali Saya lebih setuju jika Daeng Marewa dan Daeng Nakhoda itu berasal dari Gowa bukan Wajo karena dari segi nama saja berciri suku Makassar ( Gowa ) meskipun tidak bisa dipastikan. Sebab Loloan sendiri yg tertinggal bahasanya adalah bahasa Makassar jarang diketemukan Bahasa Bugis dalam bahasa Melayu Loloan.  
Di loloan tidak ada bangsawan Bugis yg bergelar Andi yg ada adalah Bangasawan Makassar yg bergelar Daeng. Itu sesimpulan saya diskusi ini menarik ...
HANYA ORANG BIJAK YANG PERHATIAN KEPADA SEJARAH NENEK MOYANGNYA Terima kasih informasi dari Mas Eka Sabara, Mas Mujtahidin, Mas Rukidi Ganteng semoga sukses dan sehar selalu amin ......
 
Palox Scatzhi Baginda Ali setuju.. 
Eka Sabara Baginda Ali mantab wakhaji...memang benar dari hasil rangkuman bnyk bahasa Makassar yg masih tersisa sebagai jejak peninggalan masa silam...Bravo literarasi yg cukup menarik. 
Abha Aba Melihat foto FBL. Rindu dg loloan ( kpmpung hlmn).


Sumber : https://www.facebook.com/baginda.ali.522/posts/2136587693272405?__tn__=K-R
 @ : Remaja Loloan
@ : Bang Eka Sabara https://www.facebook.com/eka.sabara?hc_ref=ARRy3WTWZOOgUKpScggliUmJEUFgOWKqi13omtsGyowuoHDtGCzn0GlgJU6fVkG3-Gc&__xts__[0]=68.ARBIOJhBYsY1AcghDy4-MzwFaa_LZVIamp5g0JIePRlT7r0XDYFmnX9a2SLv_oPWUpcROG7ul7c-Tx2Ufx4zqBTrusZLEqD58CEP1Sc7Dx4OXro_GtAj5FmRwSnY3NkKNtI7gyiljh9BNqREz6JR329nYsrMWR6meB5tkWXTxNTeu8qeRFCIeA&__tn__=lC-R
@ : https://www.facebook.com/palox.scatzhi ( Kepala Lingkungan Loloan Timur)
Editor : cikdoenk@gmail.com / https://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=8993475439343966765#allposts























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TILAWAH QURAN JUZ 30 SYEKH ALI JABER