Senin, 31 Desember 2012

Loloan kampung islam jembrana
Februari 21st, 2011 1 Comment Tak Berkategori

Loloan adalah nama desa yang berada di kabupaten Jembrana Propinsi Bali, terpisah oleh sebuah sungai yang disebut sungai Ijo Gading menjadi dua desa, Loloan Barat dan Loloan Timur, dan dihubungkan oleh sebuah jembatan yang bernama Jembatan Syarif Tua. Loloan memiliki bahasa sendiri yang tidak sama dengan bahasa wilayah-wilayah di sekitarnya, bukan bahasa Bali, bahasa Jawa, atau pun lainnya. Tapi bahasa kampung Loloan (Base Loloan) yang mirip dengan bahasa melayu.

Sejarah Loloan

Keberadaan daerah Loloan tidak bisa dipisahkan dari sejarah masuknya Islam di Jembrana. Menurut H. Husin Abdul Jabbar, Islam pertama kali masuk Jembrana sekitar tahun 1653 hingga 1657. Mereka yang datang pada masa itu adalah penduduk Sulawesi Selatan. Diperkirakan mereka dikejar-kejar tentara VOC.

Akhirnya, penduduk yang datang dengan perahu lambau dan pinisi ini mendarat di Air Kuning. Saat itu penduduk Air Kuning sangat jarang. Kedatangan suku Bugis dan Makasar ini membuat Air Kuning menjadi ramai, hingga menjadi pemukiman pertama Islam di Jembrana.

Sampai dengan tahun 1669, kehidupan Air Kuning sangat damai. Orang Bugis yang tidak bisa diam dan suka belayar mulai melakukan aktivitas perdagangan.

Kerajaan Jembrana pada masa itu dipimpin keturunan I Gusti Ngurah Pancoran. Penguasa senang dengan keberadaan orang-orang Bugis. Pasalnya, mereka adalah tentara-tentara yang terlatih dan memiliki persenjataan lengkap. Situasi makmur dan aman pun bisa terwujud.

Tahun 1670, kerajaan Buleleng yang iri melihat keberadaan Jembrana, melakukan penyerangan. Jembrana pun takluk. Selanjutnya, Buleleng mengatur pasar. Mereka membuat dermaga baru di Tibu Sungai Ijo Gading. Dermaga ini dibuat sekitar tahun 1671 dan dinamai Tibu Bunter. Pemukiman dan pasar rakyat juga dibuat disekitar daerah tersebut. Lama-kelamaan pemukiman ini menjadi kampung muslim yang dikenal dengan kampung pancoran karena lokasinya juga dekat Tibu Pancoran dan ada juga yang menyebut kerobokan.

Tahun 1798, datang rombongan dari Pontianak yang merapat di Pancoran. Sebelumnya mereka berada di Lombok, perang melawan Belanda. Rombongan dipimpin Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qodri yang bergelar Syarif Tua. Anak buah Syarif Tua berasal dari Bugis, Melayu bahkan dari Arab.

Syarif Tua lalu berkenalan dengan penguasa Jembrana Gusti Putu Handul. Sebagai pendatang, Syarif Tua dan rombongan diberi tempat disisi timur dan barat Sungai Ijo Gading. Mereka pun melakukan perabasan selama dua tahun untuk membuka pemukiman.

Pada saat melakukan perabasan, rombongan ini menyusuri Sungai Ijo Gading yang berliku-liku. Dalam bahasa Banjarmasin liku-liku itu sama dengan liluan, lama-kelamaan liluan itu menjadi Loloan, dibagian barat sungai dinamakan Loloan Barat sedangkan di timur Loloan Timur.

Versi kedua menyebutkan, Loloan berarti tibu yang sangat dalam yang difungsikan sebagai dermaga. Versi ketiga, Loloan berasal dari kata loloh (jamu). Ketika itu, di Tibu Pancoran banyak pedagang jamu (loloh). Karena di wilayah tersebut banyak ditanami bahan loloh, maka di daerahnya dikenal sebagai lolohan atau loloan. “Versi kedua adalah yang paling mendekati, kenapa Loloan dinamakan Loloan.” Ujar Husin Abdul Jabbar.

Berdasarkan catatan sejarah, pada tahun 1697 terjadi banjir besar. Air Sungai Ijo Gading meluap. Banyak rumah penduduk yang hanyut. Sejak saat itu, penduduk membuat rumah panggung untuk mengurangi risiko hanyut. Selain itu, rumah panggung juga dibuat berdasarkan faktor keamanan. Rumah panggung yang dibangun pun sesuai dengan suku asal para pendatang itu. Sampai tahun 1700-an, rumah panggung mulai bermunculan di wilayah Loloan.

dipostkan oleh ryan’s blog.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TILAWAH QURAN JUZ 30 SYEKH ALI JABER